Para Ahli Selalu Bilang 'Kunci Hubungan itu Komunikasi'Tapi Bagaimana Caranya?

Para Ahli Selalu Bilang Kunci Hubungan itu KomunikasiTapi Bagaimana Caranya?
ISTOCK

Cara mempraktekkan teori. 

Kamu (mungkin) pernah mendengarnya—bahkan (mungkin) tidak terhitung sampai terkadang menyusut artinya: "kunci hubungan awet dan penuh cinta itu adalah komunikasi." Yah, yah, kita tahu ngobrol itu penting, tapi bagaimana caranya? Apa yang harus dibicarakan? Apakah semua hal tentang hidup dan mati—atau ehm, tentang perasaan terdalam? "Sulit tahu!" begitu protesmu. Apalagi mereka yang introvert. Kata-kata verbal, ah... membuat kita panas dingin—apalagi membicarakan perasaan! Seorang psikoterapis dan psikoanalis, F. Diane Barth, L.C.SW. menuliskan di Psychology Today bahwa "membicarakan tentang perasaanmu bukan satu-satunya—atau bahkan cara terbaik—untuk pasangan menjaga hubungan yang sehat, bahagia dan sukses." Ah, leganya—bayangkan jika satu-satunya jalan membuat hubunganmu awet adalah ngobrol panjang lebar, ngolor-ngidul, alias hanya bergantung kepada ekspresi kata-kata? Seram. Menurut Barth ada beberapa cara untuk meningkatkan komunikasi emosional dan memperdalam hubunganmu, bahkan tanpa harus membawa-bawa kata "perasaan". 

1. BASA-BASI 

Jangan remehkan pembicaraan tentang film favoritnya, games kesukaannya atau makanan. Pasalnya dengan melakukan "basa-basi" ini kamu akan lebih tahu dia dan preferensinya. "... detail yang sepertinya tidak signifikan ini sebenarnya lebih cenderung meningkatkan keterikatan emosional kepada pasanganmu dibandingkan diskusi "dari hati ke hati," tulis Barth. Dan jika kamu merasa "terlalu banyak nanya", jangan! Pasalnya ini mengindikasikan bahwa kamu tertarik dan peduli dengan mereka. "Mungkin saja kamu tidak akan menemukan sesuatu yang baru—tapi kamu akan berkomunikasi dengan rasa tertarik yang tidak dibuat-dibuat sehingga pasanganmu menjadi bahagia." 

2. DENGARKAN BAIK-BAIK 

Ini kemampuan yang harus diasah; susah mendengarkan apalagi jika kita sendiri sedang memiliki masalah—atau pasanganmu sudah melantur kemana-mana. Namun, "mengetahui bahwa kamu sedang didengarkan merupakan satu pengalaman yang akan mempererat hubungan satu sama lain," lanjut Barth. Salah satunya adalah menerapkan metode active listening: tidak hanya mengangguk-angguk lho atau bilang 'uh, huh', tapi mengerti perkataan pasanganmu. Misalnya, memberikan senyum, menginterupsi atau mengklarifikasi (tanpa terkesan menuduh dia berbohong). Jika kamu kurang setuju dengan pandangan atau cara mereka mengatasi masalah tersebut, tunggu sampai mereka selesai bercerita. Dan bertanyalah—jangan berasumsi kamu tahu jawabannya. 

3. BAGIKAN CERITAMU, TAPI JANGAN MENGAMBIL SEMUA JAM TAYANG

Ceritakan apa yang terjadi dalam hidupmu, tidak hanya tentang menu makan siangmu tapi juga hal-hal yang lebih signifikan, misalnya kesulitan di tempat kerja, kebingungan tentang anak, dan lain lain. Namun ingat: hindari mendominasi setiap percakapan dan mengesankan bahwa sepertinya hidupmulah yang paling menarik. "Menemukan keseimbangan yang sehat antara berbicara dan mendengarkan merupakan sesuatu yang sulit dalam hampir semua hubungan, tapi memang akan lebih sulit saat ingin saling mengenal, jadi sangat penting agar kedua belah pihak mendapatkan kesempatan berbicara dan mendengarkan," Barth menjelaskan. Oh, jika kamu tidak terlalu pandai berkata-kata (hello, introvert), jangan panik! Coba lakukan aktivitas menyenangkan bersama-sama yang tidak terlalu membutuhkan percakapan, misalnya, "... sesederhana menghabiskan waktu bersama dengan melakukan hal-hal yang tidak penting dan sepertinya tidak memiliki arti—membaca koran, mendengarkan musik, menonton teve, mencuci piring—adalah sesuatu yang lebih penting untuk kesehatan hubungan dibandingkan membicarakan perasaan. Bahkan bisa jadi lebih penting daripada berbicara," Barth berargumen.