Sudah Tidak Jamannya Lagi Memukul Anak, Saatnya Memilih Disiplin Positif

Sudah Tidak Jamannya Lagi Memukul Anak, Saatnya Memilih Disiplin Positif
ISTOCK

Bagaimana mempraktekkannya?

Apa yang kamu lakukan saat si kecil, misalnya menumpahkan seluruh isi piringnya ke karpet putih yang baru saja dicuci? Atau menolak mematikan ponsel atau iPad karena sudah waktunya tidur! Jaman dulu (sebelum ada ponsel dan iPad), mungkin orangtua akan menjewer atau memukulnya. Jaman sekarang? "Ah, sudah nggak jaman," mungkin begitu respon kebanyakan orangtua. Namun, pada kenyataannya masih banyak kita baca berita tentang anak-anak yang disiksa atau dipukuli oleh orangtuanya. Alias, memberikan disiplin secara fisik. Alasannya: “Biar mereka kapok, takut, dan tidak akan mengulanginya lagi.”

Namun, orangtua modern pasti tahu bahwa ada cara lain untuk menanamkan disiplin dan rasa tanggung jawab kepada anak. Salah satunya yang mungkin beberapa dari kita sudah tahu, yakni disiplin positif. 

“Disiplin positif adalah bentuk alternatif penggunaan hukuman, tanpa jalan kekerasan kepada anak. Dari hal ini, orangtua pun akan diajarkan untuk menghargai hak anak, dialogis, logis, dan mengembankan tanggung jawab, serta mengembangkan perilaku positif anak di masa yang akan datang,” kata Tia Rahmania, M. Psi.,Psikolog, seorang Psikolog Anak dan dosen psikologi Universitas Paramadina.

Tia melanjutkan, “Tentunya, setiap orangtua harus tahu tentang bagaimana disiplin positif ini, karena diharapkan bisa mengupayakan pengembangan tanggung jawab anak dan kelak bisa mengembangkan perilaku positif dari anaknya. Ada tujuan dari positif dispilin ini, yaitu agar anak memahami tingkah lakunya sendiri, berinisiatif, dan bertanggung jawab atas apa yang akan mereka pilih. Yang terakhir, menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain.”

Terdengar ideal. Namun, adakah cara agar orangtua, guru, dan orang-orang di sekeliling anak bisa menerapkan disiplin positif ini kepada anak? "Ada beberapa cara agar disiplin positif bisa diterapkan dimanapun si anak berada. Tapi ada satu hal yang harus diketahui terlebih dahulu, yakni pada dasarnya setiap anak terlahir baik," Tia mengingatkan. 

Berikut cara-cara yang diberikan Tia agar setiap orangtua, guru dan orang-orang di sekililing anak bisa menerapkan disiplin positif kepada anak:

  1. Perlu terbangun kepercayaan antara anak dengan orangtua, guru, dan orang terdekat lainnya. "Ini bisa dilakukan melalui dialog, mendengarkan anak dan adanya diskusi. Jika ada masalah, anak tidak akan menolak dihukum, karena sudah ada kesepakatan yang dibuat."

  2. Tidak menggunakan hukuman secara fisik. "Karena hukuman itu bertujuan mengontrol perilaku anak agar sesuai dengan harapan orangtua. Sementara, disiplin positif lebih bertujuan untuk mengembangkan perilaku anak, memahami tingkah lakunya dan mendorong inisiatif anak supaya bertanggung jawab dengan perbuatannya."

  3. Memperhatikan kesejahteraan psikologisnya. "Misalnya, tidak membuat anak merasa malu di depan banyak orang, tidak ada kekerasan verbal yang secara langsung menuju pada permasalahannya."

  4. Memanfaatkan suatu kesalahan sebagai peluang untuk pembelajaran anak, dengan menghormati harkat dan martabat anak.

“Selain itu, tentunya orangtua harus memberikan contoh yang baik kepada anak. Mengajaknya mengobrol setiap ada masalah, dan penerapan disiplin positif ini harus benar-benar konsisten dengan bimbingan yang tegas, tapi tidak kasar,” ujar Tia.

Menerapkan disiplin memang tidak semudah mengganti-ganti tontonan di YouTube Disney Channel. Apalagi, hal ini akan terus digunakan sampai si anak besar. Jadi, tidak heran jika orangtua akan mendapatkan kesulitan dalam mengajarkan anak untuk selalu bersikap disiplin. Menurut Tia, beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh orangtua, antara lain: 

  1. Waktu. "Jika orangtua tidak menyediakan waktu, maka menerapkan disiplin positif ini tidak akan berjalan dengan baik. Sebaiknya, memang harus ada waktu untuk berdialog, karena akan terjalin kepercayaan antara anak dengan orangtua."

  2. Tidak memberikan contoh yang baik. "Padahal dalam disiplin positif, hal ini sangat penting. Orangtua dituntut untuk memberikan dan mengajarkan perilaku yang baik setiap harinya."

  3. Tidak konsisten dan tidak tegas.

  4. Orangtua yang tidak sabaran. Disiplin positif membutuhkan waktu dan kesediaan lebih untuk penerapannya, dibandingkan pemberian hukuman yang konvensional. "Oleh karena itu, apabila orangtua tidak cukup sabar, maka usaha ini tidak bisa terbangun dan sia-sia saja."