Apakah Pasangan Perlu Berubah Seperti yang Kamu Mau?

Apakah Pasangan Perlu Berubah Seperti yang Kamu Mau?
ISTOCK

Selain itu: mungkinkah seseorang bisa berubah?

Saat masih pacaran: "Aku cinta dan menerima kamu apa adanya." Fast forward, setelah menikah: "Kamu kok nggak berubah, ya? Jadi lebih... dikitlah." Oh, masa-masa 'bisa menerima apa adanya', kemana ya, dia pergi? Atau, sebenarnya pertanyaannya harusnya: apakah memang pasangan harus/perlu berubah seperti yang kita (kamu) mau? 

“Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada yang perlu digarisbawahi, yaitu sebuah perubahan yang mungkin terjadi adalah perubahan perilaku. Sedangkan, untuk mengubah kepribadian seseorang adalah hal yang sangat sulit sekali terjadi,” ujar Maharsi Anindyajati, M. Psi, Psikolog, seorang psikolog klinis dewasa dari Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta.

Ia pun melanjutkan, “Perubahan perilaku dapat terjadi karena dua hal, keinginan dari diri sendiri dan adanya dukungan atau dorongan dari lingkungan. Jadi, kita sebagai pihak luar atau lingkungan dapat saja mengubah perilaku pasangan kita. Namun, tentunya hal ini tidak akan berlangsung dengan cepat. Selain itu yang juga penting ialah adanya kesadaran dari diri sendiri untuk berubah, tanpa ini maka perubahan itu hampir sulit terjadi.”

Seandainya kamu perlu diingatkan: manusia (termasuk kamu) itu tidak sempurna. Termasuk, orang-orang terkenal dan pasangannya yang sepertinya selalu mesra di setiap postingan media sosial mereka. Jadi, pasti selalu saja ada hal positif dan negatif yang terjadi dikehidupan. Namun, sah-sah saja 'kan ya, menginginkan pasangan berubah? Iya 'kan?

“Untuk mengubah seseorang, kamu harus paham betul tentang apa pentingnya perubahan itu bagi dirinya dan orang lain," Maharsi mengingatkan. "Misalnya nih, kamu minta pasangan untuk berhenti merokok, maka yang harus ditanamkan dulu adalah apa untungnya bagi dia jika ia berubah atau berhent merokok. Hal ini dikarenakan setiap orang akan bertanya ‘what is it for me?’ saat diminta berubah," bebernya panjang lebar. 

Lalu? Setelah itu? “Alasan yang tepat adalah alasan yang paling mendasar bagi orang tersebut. Dengan demikian, kita harus menggunakan sudut pandangnya, bukan sudut pandang kamu saja," jawabnya. "Ohya satu lagi," tambahnya dengan cepat, "menunjukan empati juga sangat perlu.”

Bagaimana jika pasangan menolak dan bertanya, 'Untuk apa berubah? Saya 'kan masih seperti yang dulu'. Apa yang harus kita lakukan?

“Menerapkan reward-punishment dapat dilakukan untuk mengubah perilaku seseorang. Yang perlu dicermati adalah apa konsekuensinya jika perilaku tersebut tetap dipertahankan atau tidak mau diubah. Semakin berat konsekuensinya, maka semakin besar reward-punishment-nya. Selain itu, jika pasangan menolak berubah, cari cara untuk mengurangi dampak negatifnya,” jelas Maharsi.

Boleh tahu maksudnya? “Misalnya, jika pasanganmu seorang perokok aktif dan kamu ingin mengubah dia untuk berhenti merokok, kamu harus melakukannya pelan-pelan, jangan sekaligus. Kamu dapat mendiskusikan solusi yang tepat untuk masalah ini agar kamu bisa mendapatkan yang kamu inginkan dari dia,” ucapnya.