Bagaimana Mengetahui Bakat Anak Saya

Bagaimana Mengetahui Bakat Anak Saya
WOOP.ID

Musik? Olahraga? Hitung-menghitung?

Satu dari deretan pertanyaan yang ada ujungnya yang muncul di benak seseorang setelah menjadi orangtua adalah: apa bakat anak saya? Haruskah saya mengarahkannya ke sebuah bakat tertentu dari sekarang atau biarkan waktu yang berbicara?

Rafika Ariani, M. Psi, seorang psikolog pendidikan/sekolah dari TigaGenerasi,mengatakan: "Kita harus tahu arti talenta itu apa terlebih dahulu. Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa meskipun seseorang memiliki bakat di bidang tertentu, jika tidak melibatkan motivasi, latihan, dan dukungan dari berbagai pihak, bakat tersebut bisa ‘hilang'."

Baiklah. Lalu bagaimana cara mengetahui bakat anak? "Cara mengetahui bakat seorang anak kadang bisa menjadi sesuatu yang tricky bagi para orangtua. Sejak usia dini, terkadang ada anak yang sudah keliatan bakatnya. Namun, ada juga yang malah tidak terlihat bakat dan minatnya sama sekali. Biasanya, minat dan bakat anak bisa dilihat saat mereka memasuki usia sekolah, apalagi sekolah mendukung dengan banyaknya pilihan ekstrakulikuler,” jelas Rafika. 

Selain itu, menurutnya ada dua cara utama yang bisa dilakukan orangtua untuk menemukan bakat si kecil:

1. Anak perlu tahu apa saja yang ada di dunia luar.

Orangtua harus memberikan stimulasi dan exposure terhadap dunia luar. Stimulasi dan exposure bisa diberikan melalui berbagai macam cara. Misalnya saja, melalui membaca; menceritakan tentang pekerjaan orangtua atau saudara; menjelaskan mengenai berbagai macam kegiatan/ aktivitas yang ada saat menonton, berjalan-jalan, dan sebagainya; atau mengajak anak untuk mendaftar ke kursus tertentu, seperti menari, musik, ataupun olahraga. Selain itu, jika anak sudah sekolah, stimulasi dan exposure pun sudah lebih bervariasi.

2. Amati anak secara langsung maupun tidak langsung.

Pengamatan langsung. Misalnya, saat anak bermain, amati permainan atau kegiatan seperti apakah yang menarik untuknya. Mungkin anak lebih tertarik pada kegiatan yang berbau seni, atau justru yang menggunakan logika berpikir, seperti menghitung atau menyusun balok. Orangtua juga harus mengamati pada bagian mana si anak terlihat antusias dan senang melakukannya, khususnya untuk waktu yang lama. Tanyakan juga pada anak, ‘mengapa ia menyukai kegiatan tersebut’.

Pengamatan tidak langsung. Ini bisa berasal dari guru atau orang lain. Orangtua dapat menanyakan kepada gurunya tentang bagaimana performa anak di sekolah; hal-hal apa yang disukai olehnya; di bidang apa anak mampu berprestasi dan memiliki rasa percaya diri. Orang lain yang bisa ditanyakan adalah orang-orang terdekat yang sering berinteraksi dengan si anak, seperi kakek-nenek, saudara, babysitter, dan teman-temannya.