Kalimat Pertanyaan Ini Harus Kamu Diskusikan dengan Pasangan Sebelum Janur Kuning Melengkung

Kalimat Pertanyaan Ini Harus Kamu Diskusikan dengan Pasangan Sebelum Janur Kuning Melengkung
ISTOCK

"Apakah kamu penganut monogami?"

Apa pertanyaan yang paling sering kamu ajukan kepada pacarmu? "Sudah makan belum?" Atau, "Lagi dimana?'"Atau, "Hari ini kita  mau kemana?" Tidak ada yang salah dengan pertanyaan-pertanyaan itu, meskipun kalau bisa jangan terlalu sering. Namun beberapa ahli pernikahan mengatakan kepada Huffington Post bahwa para pasangan perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan standar sebelum memutuskan untuk berkomitmen sehidup semati. Serangkaian pertanyaan ini dan jawabannya penting tapi seringkali tidak terpikirkan—atau sengaja menghindari menyinggung-nyinggungnya karena sensitif atau, 'buat apa, sih?' Padahal menurut para ahli ini akan menolong hubungan tersebut berumur panjang dan bahagia (tidak berantem melulu). Apa saja pertanyaan tersebut? Baca ini sebelum menerima lamaran. 

1. Apa yang akan kamu lakukan jika saya bertengkar dengan anggota keluargamu?

Yep, kita menikahi seseorang yang kita cintai, tapi bukan berarti kita akan merasakan hal yang sama kepada semua anggota keluarganya. Aaron Anderson, seorang terapis keluarga dan pernikahan menganjurkan para pasangan untuk mengetahui apa yang diharapkan jika kamu berantem dengan anggota keluarganya. Hal ini akan membantumu mengetahui nilai-nilai keluarga mereka dan apakah friksi merupakan sesuatu yang ditolerir di dalam keluarganya, dan pastinya, "kamu bisa mengetahui apakah dia akan menjadi pasangan yang suportif jika hal tersebut terjadi," kata Anderson.

2. Saat kita berantem, apakah kamu ingin terus membicarakannya sampai mendapatkan solusi? Atau tahan dulu, pergi sebentar untuk berpikir dan membicarakannya lagi nanti?

Vikki Stark, seorang psikoterapis, mengatakan bahwa setiap orang memiliki gaya yang berbeda saat menghadapi konflik dan mencari solusinya. Satu orang ingin langsung berdebat dan mengatasinya saat itu juga, sementara yang lain tidak bisa berpikir saat memiliki banyak masalah sehingga membutuhkan waktu sendiri untuk mencerna dan mendapatkan solusi. "Yang pertama merasa diabaikan. Yang kedua sesak nafas. Jika mereka mengetahui pola ini dari awal, akan mengurangi banyak rasa sakit hati." 

3. Apa definisi selingkuh menurutmu?

Meskipun kamu mungkin enggan membicarakan hal ini, apalagi berpikir bahwa kalian akan hidup bahagia sampai akhir tanpa ada orang ketiga, keempat atau kelima, Ryan Howes, seorang psikolog, menyarankan untuk meluruskan definisi perselingkuhan dari kedua belah pihak. "Apakah mereka boleh ngobrol atau berkirim pesan dengan pihak yang berpotensi? Boleh makan siang bareng? Happy hour? Apa yang boleh? Apakah berbicara dengan mantan OK? Bagaimana dengan pertemanan di Facebook? Apa yang aman menurutmu? Bagimana dengan porno, apakah itu melewati batas normal? Atau sesuatu yang lebih dari itu? Mendapatkan penjelasan dari awal akan membantu hubungan." 

4. Saat orangtua kita sudah berumur, apakah kamu akan menyokong mereka?

Banyak dari yang kita adalah sandwich generation, yaitu anak di rumah dan orangtua juga bergantung pada kita. Laura Heck, seorang terapis untuk pasangan dan pencipta serial terapi pasangan daring, For Better, menganjurkan untuk membicarakan apa yang mereka ingin lakukan saat orangtua berumur. Apakah hidup bersama mereka? Membiayai mereka secara finansial? Tinggal di panti jompo? Detail seperti ini penting diketahui karena akan mempengaruhi dimana kamu tinggal, seberapa besar rumah yang kamu beli, rencana tabungan, investasi, dll. "Bagi banyak orang, merawat orangtua merupakan urusan yang tidak bisa dinego dan sebaiknya diterangkan serta didiskusikan dari awal hubungan." 

5. Berapa banyak "waktu personal" yang kamu butuhkan?

Ryan Howes mengatakan kepada HuffPost bahwa saat baru pacaran atau baru menikah kita mungkin ingin melakukan segala sesuatu bersama-sama. Namun seiring berjalannya waktu saat semua sudah kembali normal—termasuk hormon, kita akan membutuhkan waktu sendiri. "Sebuah diskusi tentang waktu yang kamu butuhkan sendirian atau bersama teman-teman akan mencegah pasanganmu sakit hati sehingga mereka tidak merasa kamu sedang menolak mereka, bahwa kamu hanya sedang mengisi ulang bateraimu." 

6. Apakah kamu penganut monogami?

Menurut Danielle Harel, ahli seksualitas dan penulis buku Making Love Real, orang memiliki pandangan yang berbeda dalam hubungan, termasuk soal monogami. Berasumsi bahwa pasanganmu adalah penganut monogami adalah sesuatu yang keliru, dan mengabaikan bahwa ada opsi lain dalam pernikahan bisa membuatmu terkejut luar bisa, sakit hati, dan merusak hubungan. "Saran: jika menginginkan jawaban jujur atas pertanyaannya, kamu harus menanyakannya tanpa berniat menghakimi, atau pasanganmu akan merasa tidak nyaman mengatakannya kepadamu." 

7. Apakah kamu lebih suka: selesaikan dulu semua pekerjaan, lalu santai dan bersenang-senang? Atau bersenang-senang dulu dan melakukan pekerjaan setelahnya?

Para pasangan seringkali berantem karena hal seperti ini: satu orang ingin agar rumah bersih dulu, baru pergi nonton. Sementara yang satu ingin sebaliknya. "Jika cara-cara yang berbeda ini diartikulasikan sebelum kemarahan menumpuk, para pasangan bisa berkompromosi—misalnya, giliran dan pilih satu cara minggu ini dan cara lain minggu depan," kata Vikki Stark.