Bahan Ini Katanya Bisa Mengobati Jerawat

Bahan Ini Katanya Bisa Mengobati Jerawat
ISTOCK

Sulfur pertama kali dicatat digunakan untuk jerawat pada tahun 1949 dan beberapa studi di tahun 1950an memperlihatkan manfaatnya

Baunya tidak tertahankan—lebih parah daripada telur busuk. Namun, ternyata para ahli kulit mengatakan bisa mengobati jerawat. Namanya: sulfur. "Ewww, "serumu sambil menahan muntah.

"Sulfur pertama kali dicatat digunakan untuk jerawat pada tahun 1949 dan beberapa studi di tahun 1950an memperlihatkan manfaatnya," kata Dr. Tim Clayton, seorang dermatolog dan ahli jerawat asal Manchester, kepada Independent.

Seperti yang dipublikasikan oleh situs tersebut, sulfur sudah digunakan selama berabad-abad sebagai obat berbagai masalah kulit seperti jerawat, eczema, dan psoriasis (kondisi kulit dimana siklus sel-sel berkembang sangat cepat, sehingga bertumpuk, kering dan gatal). Dan akhir-akhir ini bermunculan produk perawatan kulit yang memasukkan sulfur sebagai salah satu bahan utama.

Jangan menghakimi sesuatu/seseorang dari bau atau penampilannya. Pasalnya, meski bau sulfur memiliki banyak kelebihan. Di antaranya: 

  • Mengandung anti-inflamasi dan antibakteri, sehingga mampu membersihkan bakteri dari pori-pori yang bisa menjadi pemicu jerawat; juga mencegah bakteri baru berkumpul di permukaan kulit. 
  • Mengurangi produksi sebum yang biasanya menjadi masalah pemilik kulit berjerawat. 
  • Berfungsi sebagai keratolitik, yakni agen pengelupas lapisan atas kulit, mengambil sel-sel kulit mati sehingga lapisan yang lebih segar dan tidak berjerawat. 

Terlepas dari kehebatannya tersebut, sulfur kemudian menghilang. Salah satu penyebabnya adalah, "bisa menyebabkan iritasi dan kekeringan dan beberapa pasien kemungkinan tidak bisa menolerir efek-efek samping ini. [Padahal] Sulfur sendiri bisa digunakan sebagai krim untuk mengobati masalah jerawat yang tidak terlalu parah," kata Clayton. Dan karena keseimbangan pH-nya tinggi, sulfur bisa memperparah iritasi kulit sehingga sebelum memakainya, dianjurkan untuk terlebih dahulu berkonsultasi dengan ahli kulit. 

Selain itu, karena baunya, kemungkinan kamu tidak sudi menempelkan di wajah (dan mencium aromanya selama berjam-jam)—sangat kecil. Hal ini dikuatkan oleh sebuah studi di tahun 2012 yang menyimpulkan bahwa aromanya yang bikin air mata bercucuran itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa sulfur tidak dijadikan bahan andalan dalam produk perawatan kulit. Aha!