Elena Bara: 'Tidak Ada Seorangpun Bekerja di Vogue yang Datang dengan Heels'

Elena Bara: Tidak Ada Seorangpun Bekerja di Vogue yang Datang dengan Heels
WOOP.ID/YOGO TRIYOGO

Digital fashion editor ini bercerita tentang Vogue, frekuensi datang ke fashion show, dan topping pizza yang halal ala Italia.

"Saya sangat mendukung perempuan, hak perempuan, girl power, tapi feminis?" ujarnya dengan nada tanya dan pesimis.

Sedikit membungkukkan badan, dia berujar bahwa istilah tersebut membuatnya merasa seperti mempertentangkan sesuatu dengan sesuatu. "I don’t know how if you get it, but I think it’s fine if girls fight for their rights. But I am not sure I am a feminist, it’s also such a old word to me," ujarnya.

Terdiam beberapa detik, "I believe in the power of woman, you know. Isu ini sangat penting dan kita memang masih hidup di dunia dimana laki-laki masih memegang peranan utama di dunia, di politik. Itu benar. Namun juga merupakan sebuah kebenaran bahwa perempuan mulai bersuara sekarang, sehingga saya pikir kita sudah jauh lebih berkembang," Elena berkata dengan nada optimis. 

Elena menerangkan bahwa dirinya cukup beruntung karena hidup dan besar di kota internasional seperti Milan, dimana pola pikir sudah maju. "Ini saya membicarakan dari sisi utara ya," Elena mengingatkan, "karena Milan berada di utara Italia. Mungkin di selatan masih ada mentalitas lain tentang bahwa perempuan harus tumbuh besar dan punya, suami saya harus bekerja—pasti masih ada mentalitas seperti ini, tergantung dimana kamu tumbuh. Jika kamu tumbuh dengan kultur tertentu, kamu akan menjadi perempuan berbeda."

Merenung sebentar, lalu berkata, "Sorry for my English, I feel very limit," katanya dengan nada frustrasi. "Kamu tahu 'kan bahwa sulit menjawab dalam bahasa lain. Serius, sulit karena ini merupakan isu yang penting. I’d love to say something and meaningful, but my English...."

Saya menawarkan solusi bahwa dia bisa mengatakannya dalam bahasa Italia, dan saya akan minta bantuan Google untuk menerjemahkannya. Elena tertawa terbahak, menggeleng-gelengkan kepala, dan berujar dengan lirih, "No, it's impossible! But yeah, definitely something must change." 

Dan berbicara tentang kemustahilan, sebagai orang Italia ada satu hal yang 'impossible' dilakukannya: makan pizza dengan topping dengan nenas. 

"No, no," katanya dengan tegas, membelakkan mata, menggeleng-gelengkan kepala dengan super kencang, dan menggerak-gerakkan jari telunjuknya berkali-kali seperti indikator bensin yang sedang panik. 

"Pokoknya tidak nenas, tidak, tidak," ulangnya lagi. Tidak menerangkan alasannya kenapa, seakan-akan memang hal tersebut tidak perlu keterangan lebih lanjut. 

Jadi apa komposisi topping pizza favoritmu? 

"Tergantung mood, sebenarnya. Tapi saya suka hmm... terong, ricotta pada margarita, atau ham, atau campuran sayur yang dipanggung, atau spicy salami," jawabnya. 

Dan pasti makan pasta 'kan, ya?

"Oh, I love pasta in every way," jawabnya dengan nada penuh cinta, seperti membicarakan pacar. "You know, we are italian, pasta itu ibarat air putih bagi kita. Kami makan pasta, hampir setiap hari. Dan percayalah, bisa dicampur dengan apapun, hanya tergantung dengan musim, karena sama seperti mode, pasta ini sangat penting bagi kami!" 

Oh satu lagi: apakah semua orang di Milan berpakaian canggih seperti yang terlihat di foto-foto dan film?

"Haha... banyak orang yang bilang begitu, tapi bagi saya itu merupakan sesuatu yang normal. Mungkin karena saya berasal dari sana, saya tidak terlalu memperhatikannya lagi. Tapi benar kalau dibilang bahwa di Italia kami bisa menemukan kecantikan dari segala hal dan mengaplikasikan fashion dalam segala hal. Jadi, mulai dari meja, bagaimana kamu meletakkan gelas, dari penempatan sofa, everything is all about fashion. Jadi, itulah mungkin sebabnya fashion menjadi bisnis yang sangat besar di Italia. I mean, we have like the most established fashion brand in the world, along with French as well!" katanya tanpa berusaha menutupi rasa bangganya. 

Yep, Prada. Kapan ya, saya bisa menonton fashion show Prada di Milan fashion week—dan saya penasaran apakah saya akan tetap menguap? Who knows!