Apa yang Dilakukan Jika Si Buah Hati Mengalami Gangguan Perkembangan Klinis

Apa yang Dilakukan Jika Si Buah Hati Mengalami Gangguan Perkembangan Klinis
ISTOCK

Saran dari seorang psikolog yang patut dipertimbangkan.

Ini adalah sesuatu yang sulit: ketika kamu mengetahui bahwa kesehatan mental si kecil tidak seperti yang "normal", seperti mayoritas teman-teman di sekolahnya. Namun, sebaiknya tidak berasumsi dulu—atau hanya mengandalkan Google. 

“Pada dasarnya, dibutuhkan pengamatan yang tajam dan serangkaian tes oleh ahli untuk bisa mengetahui apakah seorang anak mengalami gangguan perkembangan klinis,” kata Mayang Gita Mardian, M. Psi., Psikolog., seorang psikolog anak dari TigaGenerasi.

Tidak adakah yang bisa dilakukan oleh orangtua sebelum berkonsultasi dengan ahli?

Menurut Gita, ada sebuah cara sederhana yang dapat dilakukan oleh orangtua, yaitu dengan mengamati perkembangan anak dengan jeli sehingga peka terhadap masalah-masalah perkembangan. “Dalam hal ini, orangtua dapat mencari checklist perkembangan (ari buku atau pun internet) sesuai usia anak untuk mengetahui seberapa jauh anak berkembang sesuai usianya,” ujarnya.

“Yang harus diketahui, perkembangan anak bervariasi satu dengan yang lainnya sehingga tidak dapat disamakan. Sedikit pula, anak-anak yang mampu mencapai seluruh tahap perkembangannya dengan sangat mahir,” lanjutnya.

Namun, Gita mengungkapkan bahwa orangtua tetap perlu mengetahui hal-hal apa saja yang harus dicapai oleh seorang anak sesuai dengan tahap perkembangannya, sehingga orangtua dapat memberi stimulasi lebih di area-area yang belum dikuasai oleh anak. Menurutnya, hal ini penting karena perkembangan adalah suatu tahapan sehingga krusial bagi seorang anak menguasai suatu keterampilan atau perilaku tertentu sebelum akhirnya belajar keterampilan lain yang lebih sulit di usia selanjutnya.

“Jika dari hasil pengamatan orangtua ternyata banyak aspek yang dikuasai anak, orangtua perlu memberikan stimulasi lebih di area-area tersebut. Bila setelah diberi stimulasi selama beberapa waktu, dan tidak ada perkembangan (atau perkembangannya tidak signifikan) sebaiknya orangtua berkonsultasi kepada ahlinya, psikolog ataupun dokter tumbuh kembang anak,” tutur Gita.

Menurutnya, problematika dalam perkembangan anak dapat beragam, mulai dari yang bisa mendapatkan penanganan ringan (seperti stimulasi sehari-hari di rumah) sampai situasi yang kompleks yang membutuhkan tindakan serius (misalnya, terapi). 

"Tentunya, pengamatan jeli yang dilakukan secara dini akan membantu orangtua dan ahli untuk mengetahui akar masalah anak, sehingga penanganan pun dapat diberikan sedini mungkin dan kemungkinan perbaikan kondisi anak semakin besar pula,” tuturnya.

Doa dan harapan orangtua adalah anak-anaknya bahagia dan bertumbuh dengan maksimal, baik fisik maupun mental. Dari sisi kesehatan mental, adakah gejala-gejala yang bisa dijadikan signal oleh orangtua? 

"Pertama-tama orangtua perlu secara rajin melakukan screening perkembangan pada anak per enam bulan (terutama bila anak berusia di bawah 3 tahun) untuk melihat kesesuaian perkembangan anak dengan tahap usianya. Dari sana, gejala awal gangguan perkembangan pada anak biasanya sedikit banyak dapat dilihat dimana sebagian atau banyak aspek perkembangan yang belum dapat dikuasai anak (terutama bila stimulasi telah diberikan). Beberapa gangguan memiliki kesulitan yang tinggi untuk dideteksi secara sederhana,” paparnya. Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa gangguan dengan kesulitan tinggi tersebut biasanya baru dapat dideteksi di usia-usia tertentu. "Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk harus mencari informasi dari buku atau artikel mengenai perkembangan anak. Misalnya, jika pada usia 3 tahun anak belum dapat berbicara, belum mengenali namanya sendiri, tidak merespon ketika dipanggil, belum bisa mengikuti intruksi sederhana, tidak menjalin kontak mata dengan orang lain, belum dapat berjalan, dan sebagainya, tapi sudah diberikan stimulasi yang maksimal oleh orangtua, ada baiknya segera berkonsultasi tentang gejala-gejalanya pada ahlinya.”

Intinya, orangtua memang harus jeli dan perhatian. 

Namun, jika semua sudah terjadi dan anak ternyata mengalami gangguan pada kesehatan mentalnya, bagaimana agar orangtua bisa menerima keadaannya?

“Memang bukan hal yang mudah untuk diterima orangtua ketika mengetahui bahwa anak mengalami suatu gangguan tertentu yang didapatkan dari serangkaian pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh ahli. Orangtua juga membutuhkan waktu untuk mencerna informasi-informasi baru terkait anak sebelum akhirnya mampu menerima kondisi anak seutuhnya. Orangtua merupakan pintu pertama dan utama terhadap perbaikan kondisi anak. Semakin baik orangtua memahami kebutuhan anak, maka semakin terbuka pula anak untuk mendapatkan stimulasi dan penanganan yang sesuai,” jelas Gita.

Lebih lanjut, Gita menuturkan bahwa anak-anak dengan gangguan kesehatan mental bisa hidup sama seperti anak lainnya. “Pada beberapa kasus ringan, perkembangan anak akhirnya dapat ‘dikejar’ dengan sejumlah stimulasi dan atau terapi, sedangkan beberapa lebih sulit. Akan tetapi, segala bentuk stimulasi dan terapi sesungguhnya bertujuan untuk membantu anak berfungsi dengan lebih baik di usianya tersebut. Orangtua juga dapat melakukan konsultasi dengan ahli untuk menentukan langkah-langkah tindakan yang dapat dilakukan di rumah untuk menunjang tumbuh kembang anak, serta pilihan sistem pendidikan atau gaya belajar yang sesuai dengan karakter anak," tegasnya.