Apakah Saya Teman yang Baik?

Apakah Saya Teman yang Baik?
ISTOCK

Pertemanan yang baik bukan berarti bebas konflik.

Selalu ada realitas yang berbeda tergantung persepsi kita masing-masing. "Apa yang kita lihat dan yakini adalah realitas kita, dan ini belum tentu sama dengan sudut pandang teman kita. Sudah tentu apa yang teman kita lihat dan yakini adalah realitas dari sudut pandang teman kita."

Namun, “jika masalah yang sebenarnya terletak pada kebiasaan buruk (seperti suka meminjam uang dan teman tidak tertarik berubah), kamu mungkin perlu meninjau kembali hubungan perteman kalian,” Irene berargumen.

Dulu, ibu kita sering bilang: “kalau punya (cari) teman yang bisa memberikan hal-hal positif dan baik buat dirimu.” Namun, sepertinya ada kalimat lanjutan dari pernyataan tersebut (yang tenggelam suara panci dan piring di dapur), yakni: "kamu sebaiknya juga memberikan pengaruh yang sama." Benar 'kan?

“Bisa!" jawab Irene. "Namun, kita juga perlu tahu sejauh mana batas toleransi yang dapat kita berikan," lanjutnya. "Kita boleh berharap teman kita mengubah kebiasaannya, tapi hanya dialah yang dapat mengubah dirinya sendiri, bukan orang lain. Hal lain yang tak kalah penting, kita perlu menyadari bahwa setiap orang berbuat kesalahan dan menjadi teman yang baik berarti dapat memaafkan dan melanjutkan hidup. Karena tidak semua hal mungkin dapat dengan mudah diselesaikan dengan diskusi dan tidak setiap orang berani mengutarakan pikiran sekalipun pada teman dekatnya sendiri. Ada kalanya menunggu teman membuka diri lebih baik daripada mendesak untuk menyelesaikan konflik secepat mungkin. Manapun pilihan yang diambil, pastikan kamu nyaman menjalankannya,” tutur Irene dengan tegas.

Jadi: apakah kamu seorang teman yang baik? (Tidak perlu buru-buru menjawabnya.)