Menurut Penelitian, Satu Emosi Ini Seringkali Menghalangi Kesuksesan Perempuan

Menurut Penelitian, Satu Emosi Ini Seringkali Menghalangi Kesuksesan Perempuan
ISTOCK

Apakah kamu merasakannya hari ini?

Masih pagi, tapi sudah dihantui rasa bersalah. Merasa bersalah karena bangun kesiangan, atau merasa ingin mencubit diri sendiri setelah memarahi anak karena dia telat bangun pagi. Dan masih banyak lagi. 

"Perasaan bersalah, pertama dan utama, adalah sebuah emosi," jelas Susan Krauss Whitbourne, Ph.D., ABPP, seorang psikolog dari University of Massachusetts Amherst. "Perasaan bersalah bukanlah sebuah motivator yang bagus... Ini adalah emosi 'sedih' yang di dalamnya terdapat perasaan menderita, sedih, dan kesepiaan," lanjutnya. 

Dan semua orang merasakannya. Namun, beberapa studi, salah satunya sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Spanish Journal of Psychologymenyimpulkan: perempuan merasa bersalah lebih daripada laki-laki. Pengetahuan penting perempuan karena, menurut laporan Inc, "hal besar yang menahan kesuksesan [perempuan] dalam bisnis adalah bagaimana mereka menghadapi perasaan bersalah tersebut. 

Menurut publikasi tersebut, perasaan bersalah yang sering dirasakan oleh perempuan bisa mempengaruhi kesuksesan kita–dalam arti yang negatif. Misalnya, karena bersalah dan merasa tidak enak membuat seseorang tidak bahagia, kamu "meminta bayaran yang lebih sedikit terhadap jasamu", atau "tidak berani angkat bicara... sehingga akhirnya dimanfaatkan karena merasa bersalah." Akhirnya, kamu merasa capek, bekerja lembur tiap hari dan menahan, memendam kemarahan karena ditekan. Penyebab utama semua hal ini: perasaan bersalah. 

Lantas bagaimana menghadapinya? "Ketika rasa bersalah muncul, biarkan ada tanpa penghakiman apapun," lanjut publikasi tersebut. Tidak perlu capek-capek disingkirkan atau dipikirkan, direnungkan sampai kepalamu mau pecah. Atau sok kuat. Atau berpura-pura tidak terjadi apa-apa karena "bisa berubah menjadi kemarahan atau depresi jika diabaikan." 

Satu hal yang bisa kamu lakukan adalah mengakui perasaan tersebut, tapi tidak membiarkannya menjadi penguasa hidup dan tindakanmu. Hal ini akan membuatmu lebih bebas. Memang, pada awalnya mungkin kamu merasa super tidak enak saat mengatakan "tidak" kepada bos atau teman kerjamu, tapi "itu bukanlah salahmu," jelas Inc. 

Dan jika perasaan bersalah itu kembali, merasa bahwa sekarang tidak ada menyukaimu karena kamu tegas dan tahu batas—tidak perlu takut. Dan "sejujurnya, [di hidupmu] kamu tidak butuh orang yang ingin kamu gagal dan membuatmu merasa bersalah karena prestasimu.""